Peradilan Pidana Kecerdasan Buatan menjadi perbincangan hangat beberapa waktu belakangan ini.
Penegakan hukum dan juga otoritas peradilan pidana semakin banyak menggunakan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan pengambilan keputusan otomatis (ADM).
Pada umumnya sistem ini sering digunakan untuk membuat profil orang, ‘memprediksi’ tindakan mereka, dan menilai risiko perilaku tertentu. Seperti melakukan kejahatan, di masa depan.
Sistem ini dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi orang-orang yang terlibat nantinya. Antara lain yaitu mereka yang diprofilkan sebagai penjahat atau dianggap berisiko meskipun mereka tidak benar-benar melakukan kejahatan.
Keistimewaan kecerdasan buatan (AI) tidak dapat diringkas dengan kata-kata sederhana. Dari kesehatan hingga gaya hidup, dari transportasi hingga komunikasi, dari AI di tempat kerja hingga interior rumah. Dari AI dalam manajemen bencana hingga AI dalam layanan pelanggan, AI memiliki jaringan yang luas. Seperti penerapan artifficial intelligence di bidang militer.
Dalam beberapa dekade terakhir, AI juga mengubah sistem penyampaian keadilan global. Pada artikel ini kita akan membahas tentang peran peradilan pidana kecerdasan buatan dalam memberikan peradilan pidana. Kami juga akan melihat penerapannya secara khusus di pasukan dan polisi India.
Apa yang dimaksud dengan Peradilan Pidana?
Sebelum melompat ke topik utama mari kita pahami apa itu pengertian peradilan pidana.
Peradilan pidana pada dasarnya memiliki definisi sebagai sistem penyampaian keadilan. Memberikan keadilan bagi orang-orang yang telah melakukan kejahatan atau juga menderita hal yang sama.
Negara yang berbeda memiliki aturan yang berbeda pula untuk memberikan peradilan pidana. Begitu pula instansi pemerintah dan juga berbagai lembaga intelijen, dan lembaga peradilan pidana termasuk polisi, lembaga penegak hukum, petugas penjara, dan pengadilan.
Apa peran Peradilan Pidana Kecerdasan Buatan?
Artificial Intelligence adalah fenomena evolusi mesin. Mesin-mesin tersebut telah tersematkan dengan teknologi dan konsep sedemikian rupa sehingga dapat meniru otak manusia dan juga membantu dalam pengambilan keputusan.
Dengan kata sederhana, cara mesin juga bisa berpikir seperti manusia adalah proses kecerdasan buatan.
Teknologi tersebut saat ini siap membawa evolusi dalam data bisnis. Dengan kemampuan tertentu seperti menganalisis data dalam jumlah besar, kecerdasan keputusan, wawasan bisnis, model peramalan, analisis prediktif, ada kemungkinan kecerdasan buatan melampaui kemampuan manusia.
AI dalam peradilan pidana memiliki peran yang sangat krusial. Article Void telah mencantumkan beberapa keuntungan yang teknologi ini miliki ke dalam peradilan pidana kecerdasan buatan.
1. Wawasan yang lebih dalam
Teknologi AI memberikan wawasan data yang lebih dalam. Itu melekat pada informasi kecil yang juga terkadang terlewatkan oleh manusia.
2. Analisis prediktif
Wawasan yang lebih dalam memberikan prediksi masa depan dari data yang telah terkeumpul. Algoritme Artificial Intelligence membantu menganalisis kumpulan data besar untuk menemukan solusi dan juga prediksi masa depan.
3. Psikologi forensik
Psikologi forensik adalah salah satu keunggulan utama Artificial Intelligence. Forensik berguna bagi pihak lembaga penegak hukum untuk melacak pelakunya melalui data biologis dan Artificial Intelligence.
4. Mempertahankan data
Dengan mempertahankan data yang sudah ada, lalu persyaratan hukum, dan juga catatan lama. AI membuat proses peradilan pidana lebih sederhana dan bisa membantu kita menganalisisnya dengan lebih cepat.
5. Otomatisasi di penjara
AI juga membantu dalam tahap pasca-hukuman. Ini memberikan otomatisasi keamanan di sel dan penjara. Selain itu pada saat yang sama, itu membantu dalam rehabilitasi para penjahat. Ini membantu dalam melacak para tahanan dan juga memberi tahu penjaga dalam keadaan darurat.
Misalnya, penjara Yancheng, yang merupakan fasilitas yang telah beroperasi oleh Kementerian Kehakiman China, memasang kamera di setiap sel yang bertujuan memanfaatkan AI untuk melacak narapidana.
6. Bantuan kriminogenik
AI dan algoritmenya juga membantu kebutuhan kriminogenik. Ini menentukan cara khusus yang dapat membantu para penjahat dengan menyarankan cara pengobatan khusus yang terbaik bagi mereka.
7. Program pelatihan berbasis algoritma
Sebuah penjara di Finlandia, memiliki skema pelatihan yang menggunakan algoritma pelatihan berbasis AI. Kecerdasan buatan merancang berbagai tugas untuk para tahanan sesuai keterampilan mereka dan dengan demikian membantu mereka mempelajari profesi dan pekerjaan baru.
Keterampilan baru yang kita pelajari ini membantu para narapidana untuk melayani masyarakat setelah masa hukuman mereka berakhir.
8. Memprediksi residivisme
Menurut Universitas Stanford, kecerdasan buatan memprediksi residivisme lebih baik daripada manusia. Algoritme AI mengurutkan kompleksitas sistem peradilan pidana dan memberikan keputusan yang lebih baik.
9. Tes penilaian risiko
Alat penilaian risiko memberikan hasil yang lebih akurat dan tepat jika kita bandingkan dengan metode tradisional penilaian manusia.
10. Transparansi
Keputusan yang ada oleh algoritme AI selalu bersifat transparan. Dibandingkan dengan keputusan manusia yang terkadang bias.
11. Keputusan yang logis
Prediksi dan keputusan yang terprogram oleh algoritme AI benar-benar logis dan sepenuhnya didasarkan pada fakta dan data. Keputusan manusia terkadang didorong oleh emosi dan sentimen.
12. Biometrik
Biometrik adalah keuntungan lain dari AI. Ini mendukung kehadiran dan pengakuan para tahanan melalui fitur identifikasi biologis.
Apa batasan dalam peradilan pidana kecerdasan buatan?
Ini semua bukan hanya hamparan mawar, ada juga beberapa batasan AI di sektor peradilan pidana. Keterbatasan utama adalah sebagai berikut:
1. Proses yang kompleks
Algoritme AI dan kecerdasan keputusan adalah proses yang kompleks. Terkadang bahkan pencipta aslinya sendiri tidak menyadarinya. Keterbatasan ini terkadang menciptakan kelambatan besar dalam sistem.
2. Privasi data
Apa pun bidangnya, privasi data selalu menjadi batasan besar AI. AI dan algoritmenya berisiko melindungi data individu.
3. Tidak mempertimbangkan faktor manusia atau emosional
Keadilan setiap saat tidak bisa didorong oleh fakta dan logika. Terkadang perlu melihat sisi emosional dari cerita juga. Di sini, Artificial Intelligence dan teknologinya gagal.
Tidak hanya dalam sistem penyampaian keadilan. Alat AI telah diperluas dalam mendeteksi penyelundupan dan tanda bahaya lainnya seperti kejahatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Artificial Intelligence telah mengekang beberapa operasi ilegal, termasuk juga kejahatan terkait anak. Dan di tahun-tahun mendatang AI masih besar kemungkinan tumbuh lebih kuat di lapangan melintasi semua hambatan dan keterbatasan.
Kemajuan teknologi yang sudah semakin sulit terbendung di era industri 4.0 telah mengubah cara manusia ke era digital untuk berinteraksi dalam segala aspek kehidupan. Seperti pada aspek industri, kecerdasan buatan dalam manajemen konstruksi dan juga hukum.
Dalam dunia hukum, kemajuan teknologi tidak hanya memaksa pengubahan pendekatan oleh pemerintah khususnya terhadap hukum. Artificial intelligence dalam pemerintahan khususnya di dalam dunia hukum menjadi salah satu contoh penyesuaian penerapan teknologi.
Para profesional hukum dan para penegak hukum perlu segera beradaptasi dengan adanya berbagai inovasi dan kreatif yang memudahkan manusia untuk mengakses segala macam informasi dalam bidang hukum. Khususnya, di dalam sistem peradilan yang sedang mengembangkan peradilan pidana kecerdasan buatan di dalamnya.